Puisi tentang air mata karya sutardji calzoum bachri
Air Mata "TANAH AIR MATA" Karya Sutardji Calzoum Dalam senja yang penuh kerinduan, Air mata menyelubungi kehidupan, Sebuah puisi terbit dari hati, Sutardji Calzoum Bachri, sang penyair yang ulung. Yang mengetuk pintu sang jiwa, Menggugah rasa dan menyentuh hati, Karya-karyanya menciptakan aliran baru, Dalam puisi-puisi yang mendalam dan Syahdu. Melalui "Tanah Air Mata", ia mengajak beradu kata, Mensyairkan gelap dan terang, luka dan suka, Menghamparkan perjuangan rakyat dalam tragedi, Dengan kata-kata yang indah nan pedih. Dalam pitam gulana, puisi mengalun, Mengambarkan suasana yang pahit dan pilu, Subuh terpijak, menggelinding ringan, Di atas tanah yang ditepis sepit gelombang. Peluh menjadi matahari yang merangkak, Mencari tempat berhenti, sebuah celah di batas, Takdir pun terucap dalam doa yang diwariskan, Tanah air mata kami, tempat kau terlantar. Dalam bundaran puisi engkau bersaksi, Membuktikan hati yang pernah terdakwa, Sebuah kisah perjalanan menjadi patriot, Meneruskan cerita dalam titik-titik kalimat. Berdiri, tercekat, menatap langit dan laut, Menjadi saksi bisu menguji iman, Tangis menjadi karung-karung harapan, Di bumi yang subur membutuhkan nyawa. Lagu jangkrik terdengar dalam sunyi, Mengajak lari kabut-kabut keinginan, Sesekali matahari mencuri cinta, Menyatroni rahasia tersembunyi di batas senja. Berpeluk tatap, puisi mengudara, Menyulam langit-luruh warna, Menyingkap tabir tersembunyi yang buram, Mengurai matahari menjadi serangkaian tanya. Sutardji mengajak kita berdiam, Menengadah, menghayati rasa yang berdendam, Lepas segala keterikatan yang hanya sendam, Terjebak dalam ingatan batu-batu nisan. Air mata mengalir di setiap kata, Mengelus hati yang lelah berputar, Bergandeng tangan dengan penyesalan, Membawa harapan menerobos senja yang gelap gulita. Lengkingan nyanyian melengkapi kisah, Menyampaikan pesan dengan jelas dan tegas, Kebersamaan yang enggan terlupakan, Digambarkan dalam tarian syair abadi. Oleh Sutardji, ia abadi dalam tiap kutipan, Diambil dari api bibir temannya yang asing, Tanah air mata, puisi menjadi ingatan, Mengukir semesta dalam lembaran waktu merenggang. Dalam irama kata-katanya yang luhur, Sungguh, puisi ini bertaburkan makna, Air mata yang mengalir, meliputi hati, Menciptakan kedamaian dalam keheningan malam. Menguak rahasia alam semesta yang misterius, Mengajak ke dalam dunia abadi, Puisi yang membawa pemahaman liris, Sesungguhnya, karya ini abadi dalam senyap tanpa suara. Referensi:
--- Air Mata "TANAH AIR MATA" Karya Sutardji Calzoum Dalam senja rindu terlukislah puisi, Mengaliri kehidupan, tercipta air mata, Sutardji Calzoum Bachri, penyair luhur hati, Lafaz doa-syair dalam bahasa yang maha indah. Mengetuk jarimu, membuka pintu jiwa, Rasa membeludak, menyentuh nurani, Berkelana dalam karya-karya yang menawan, Puisi-puisi mendalam, berpadu dengan syair yang syahdu. Dalam "Tanah Air Mata", kata berdansakan, Gelap deru, terang bersiluet dalam rekaan, Petikkan kata menjalar diri, bercerita, Rakyat berjuang terperangkap dalam tragedi serupa. Dalam labirin puisi, suasana malam cerita, Penuh rasa pahit dan sentuhan pilu bermimpi, Subuh terinjak, menggelinding angan lemah, Tanah air mata, terengah-engah kau sampaikamana. Dalam deru kehidupan yang terbatas, Demi celah sempit, peluh menelusuri jalan, Tercermin takdir dalam doa terucap, Tanah air kami, bagi kami kau berdiri. Puisi bersaksi dalam lonceng getaran, Dewasa dalam kisah, pernah terjebak, Perjalanan jadi patriot berbakti, Kisah pun berlanjut dalam titik-titik catatan. Berdiri, tersentak, pandangan menghampiri langit dan laut, Memberi kesaksian sejati, menguji iman, Tangis terhimpun jadi karung pemahaman, Di bumi subur, jiwa bersuami dengan nyawa. Nyanyian jangkrik bergemuruh dalam kesepian, Mengajak melarikan diri, kabut keinginan, Matahari kadang mencuri cinta diam-diam, Menguak rahasia tersembunyi dimalam senjapun bernyanyi. Puisi melambai dalam sungai kata, Menjalin langit terjun warna-warni, Membuka tirai buram yang tak ternilai, Menerjemah mentari terkait tanya banyak di batin. Sutardji mengajak kita sekalian berdiam, Rasa yang berantan, merasakan yang berdendam, Remisi dari ikatan yang telah bersandar, Terkekang pada kenangan batu-batu tumit. Air mata mengalir di setiap bait, Menyelubungi hati yang penat berkelana, Hadir bersama rasa sesal meniti tangki, Harapan terbawa melesat pada senja kelam. Lembutnya nyanyian melengkapi cerita, Mensampaikan misi luhur, menohok pandangan, Kebersamaan yang tak mau sirna dalam timangan, Tersaji dalam tarian syair abadi nan subur. Sutardji, namanya tak mau terlupakan, Mendebarkan dari bibir asing yang bergambar, Tanah air mata, puisi ingatan ini, Duduk diam merayap dalam lembaran waktu yang tiada akhir. Tersirat dalam irama kata, luhurah rasa, Karya ini penuh makna dan harapan, Air mata yang mengalir, menjelajahi isi hati, Damai tercipta dalam gelap malam berhenti. Melihat rahasia dalam semesta yang takkas, Mengajak berlabuh dalam dunia kekal, Puisi berbaur menjadi paham sastra, Sejatinya, karya ini abadi dalam hening yang tak bersuara. Referensi: 

www.youtube.com


BACA DAN ANALISIS PUISI | "TANAH AIR MATA" Karya Sutardji Calzoum

www.youtube.com
Posting Komentar untuk "Puisi tentang air mata karya sutardji calzoum bachri"